Flawless — Jayseung

Aska
4 min readJan 17, 2024

--

Pukul dua lebih tiga puluh menit dini hari, diluar pun hujan sedang deras-derasnya mengguyur kota, Heeseung dengan terpaksa harus bangun dari tidur lelapnya kala rasakan basah di dadanya.

Dalam penerangan yang minim, Heeseung masih bisa melihat bagian depan baju tidurnya kuyup. Air susunya rembes, bercaknya terlihat menutupi tepat di bagian dada pada piyamanya.

Heeseung mendesis saat rasa nyeri datang. Lelaki cantik itu lantas menggapai tangan sang suami yang masih terlelap tepat disampingnya. Meremas sedikit genggamannya, menginstruksikan suaminya untuk bangun.

“M-mas… bangun dulu sebentar” bisik Heeseung.

“Mas Jongseong! Bangun dulu sebentar mas…”

Gumaman rancu terdengar sebelum mata yang tadinya terpejam mulai mengerjap membuka karena guncangan pada bahunya. Yang dipanggil sedari tadi lantas menoleh.

“Hm… kenapa sayang?” Tanya Jongseong, suaranya serak khas bangun tidur.

“M-mas… A-ASI ku rembes mas… s-sakit

Jongseong yang sebelumnya masih pada posisi berbaringnya itu langsung segar, ia lantas beringsut bangkit begitu mendengar rintihan lemah suami cantiknya.

Masih dengan bertelanjang dada, yang lebih tua segera mengambil barang-barang yang sekiranya diperlukan.

Tanpa basa basi, Jongseong dengan sigap memposisikan diri di belakang si kesayangan. Menariknya pada kungkungan hangat tubuhnya yang tegap.

“Sebentar ya sayang” ujarnya sebelum dengan telaten membantu Heeseung membuka kancing-kancing bajunya.

Heeseung mendesis pelan saat dirasa udara dingin menerpa bagian tubuhnya, terlebih bagian payudaranya yang kuyup karena air susu. Namun kemudian ia menyamankan diri, bersandar di dada bidang si kepala keluarga tanpa fabrik apapun yang menghalangi.

“Rileks sayang, mas jagain kamu” bisik Jongseong tepat di telinga Heeseung. Heeseung mengangguk lemah, sedikit berjengit begitu tangan besar milik sang suami menangkup penuh payudaranya yang tampak bengkak.

Perlahan Jongseong berikan pijatan lembut pada gundukan daging digenggamannya. Ia buat gerakan memutar di kedua payudara si kesayangan, sesekali berikan pijatan pada areola milik suaminya.

Sedikit demi sedikit, tetesan cairan putih pekat menetes di ujung puting Heeseung. Tetesan tetesan kecil itu lalu berubah menjadi rembesan deras yang muncrat langsung ke wadah yang sudah disediakan Jongseong sebelumnya.

Heeseung menyandarkan kepalanya di pundak lebar suaminya, menyamankan diri dalam rengkuhan si kepala keluarga. Saking lembutnya perlakuan Jongseong pada payudaranya, Heeseung hampir kembali jatuh dalam tidurnya.

Mata cantik itu perlahan terpejam, nafas yang sebelum ini memburu pun kembali teratur. Heeseung sudah akan jatuh kembali pada tidurnya sebelum sentuhan-sentuhan Jongseong pada dadanya berhenti.

“Eung? Mas… kenapa berhenti?” Heeseung mengerjap perlahan. Jongseong yang tak bisa menahan rasa gemas pada suaminya itu hanya bisa tersenyum. Dikecupnya bibir kecil itu dengan lembut.

“Sudah selesai sayang, susunya sudah keluar semua” ujarnya lembut.

Heeseung melirik ke arah wadah yang sedari tadi ada di atas pangkuannya. Dapat ia lihat air susunya yang terkumpul cukup banyak berkat bantuan dari suaminya.

“Kamu masih ngantuk kan? Biar mas bereskan dulu ini terus bersihkan kamu juga ya sayang, habis itu kita lanjut tidur”

Anggukan Heeseung berikan, si kepala keluarga lantas bergegas membereskan sisa-sisa kegiatan tadi. ASI yang terkumpul dalam wadah ia pindahkan pada kantong khusus, kemudian ia taruh dalam pendingin setelah membubuhkan tanggal pada kantongnya.

Baju tidur Heeseung yang basah terkena rembesan ASI-nya juga ia bawa ke mesin cuci. Tidak lupa Jongseong kembali dengan membawa handuk dan air hangat, serta satu stel piyama baru.

Dengan telaten Jongseong membersihkan tubuh suaminya dari sisa-sisa ASI yang sempat menetes dengan handuk hangat.

“Makasih ya mas, maaf aku ngerepotin kamu” bisik Heeseung begitu piyama sudah terpasang apik di tubuhnya. Jongseong seketika menoleh ke arahnya. Bibir itu kembali ia kecup lembut.

“Jangan bilang kayak gitu lagi ya? Itu sudah jadi kewajiban mas sebagai suami kamu buat ngerawat dan jagain kamu…” Jongseong berujar lembut, sebelum menambahkan.

“Apalagi kamu baru aja melahirkan buah cinta kita. Kamu gak pernah merepotkan mas sama sekali, sayang. Mas selalu berterimakasih sama kamu yang sudah kuat dan hebat mengandung buah hatinya kita — ” tangan Heeseung digenggam halus, buku jarinya pun tak luput untuk dielus.

“ — hanya ini yang bisa mas lakukan buat membalas perjuanganmu. Tapi mas gak akan berhenti, mas akan selalu ngerawat dan bahagiakan kamu juga si kecil dengan cara apapun

Dada Heeseung menghangat, seperti ada ribuan kupu-kupu hinggap dalam perutnya. Belum lagi ketika lelaki yang ia nikahi dua tahun silam itu mendaratkan kecupan lembut di punggung tangannya.

Ah… perlakuan lembut Jongseong malam ini, seperti Heeseung dibuat jatuh cinta lagi pada yang lebih tua.

“Aku sayang kamu, mas — makasih sudah mau jadi suamiku dan ayah yang hebat buat si kecil”

“Aku lebih sayang kamu, cantik. Makasih sudah membawa kebahagiaan dan menjadi bagian besar di kehidupannya mas…”

Kedua ranum itu kemudian bertaut, larut dalam pagut lembut, sarat penuh cinta tanpa ada yang menuntut.

Seperti riuh hujan diluar sana yang tak kunjung reda, begitulah yang kedua insan itu rasa kala berada dalam rengkuh nyaman yang tercinta.

--

--