Sedari kecil Jake terbiasa mendengar cerita akan adanya surga.
Tempat luar biasa indah yang tidak akan ada sandingannya di dunia bahkan alam manapun. Hanya insan-insan terpuji dan berbudi luhur yang akan merasakan nikmatnya surga. Setidaknya begitu yang tertanam dalam benak Jake kecil.
Namun ketika ia beranjak dewasa, apakah definisi surga itu masih bisa diartikan sebagai tempat kembalinya orang-orang dengan jejak kehidupan di dunianya yang baik tanpa cela?
Jake meragukannya. Sebab ia yakin definisi surga sudah berubah kala mendapati Lee Heeseung, bersimpuh tanpa daya diantara kakinya.
Mulut kecil tersumpal penuh, hampir menyentuh ujung. Mengakomodasi Jake agar muat dalam dalam. Hantarkan getaran ke seluruh organ tak bertulang itu, buat si cantik yang masih bertumpu pada lututnya gemetar, sebab rasakan dorongan semakin dalam dari Jake.
Heeseung sudah banjir air mata, keringat serta liur yang seolah tak mau berhenti menetes di sudut bibirnya, tepat dicelah antara mulutnya yang mengatup memberi hisapan pada Jake.
Pemuda Sim dibuat bergidik kala yang lebih tua menantang seluruh adrenalin dalam dirinya, berikan rangsangan diujung kesejatiannya, sedikit semi sedikit mengikis nalar dan moral yang ada di kepalanya. Netra cantik bak langit malam milik si kesayangan melemparkan tatapan sayu padanya, teramat indah untuk dipandang namun juga begitu kotor untuk sekedar diacak-acak moralnya hingga menangis.
Seperti dapat pil ekstasi namun dalam wujud erotis Lee Heeseung, pupil yang lebih muda melebar, kala si kesayangan beranjak menenggelamkan diri tepat di atas organ tak bertulang miliknya. Hampir menyentuh puncaknya saat dinding rapat si pemuda Lee pijat halus kesejatiannya.
Heeseung merintih sebab rasakan enak luar biasa di titik terdalam dalam dirinya, hantarkan getaran nikmat hingga tulang belakang, sampai tak sadar punggungnya melengkung bak busur panah. Ditatapnya tiap ekspresi yang Heeseung tunjukan, Jake sunggingkan seringai.
Seolah tak mau melewatkan setiap detiknya, Heeseung bergerak involunter. Buat gerakan memutar di atas Jake, berikan pijatan stimulus pada organ yang tertanam dalam rektumnya.
Menit berikutnya Heeseung sudah ribut pun terhentak-hentak di atas lelakinya, dengan Jake yang merengkuh erat tubuh rampingnya seraya memperdalam penyatuan mereka di bawah sana.
Terus begitu hingga keduanya sampai puncaknya masing-masing. Yang satu menyembur membasahi torso, yang lainnya tumpah mengisi hingga ke celah-celah tak terjangkau dalam rektum.
Masih terengah pasca penyatuan hebat mereka, Jake semakin percaya pada satu hal. Ia sudah punya surganya sendiri di dunia, surga dalam wujud Lee Heeseung.